Tentang 3G ( WCDMA )
3G ( WCDAM )
Nilai – Nilai Parameter 2G
1. Nilai Ec/No:
≥ −6 dBm : sangat baik
< −6 dBm dan ≥ −9 dB : baik
< −9 dBm dan ≥ −12 dBm : kurang baik
< −12 dBm dan ≥ −15 dB: buruk
2. Nilai RSCP (Received Signal Code Power):
≥ −70 dBm : sangat baik
< −70 dBm dan ≥ −80 dBm: baik
< −80 dBm dan ≥ −90 dBm: cukup baik
< −90 dBm dan ≥ −100 dBm : buruk
<−100 dBm dan ≥ −110dBm : Sangat buruk
3.Tx Power
–23 dBm (200 mW).
Penyebab RSCP jelek:
poor coverage:
-bisa aja karena jarak MS ke node B terdekat cukup jauh (TA tinggi)
-contour berbukit dan gedung-gedung yang tinggi (shadowing)
-overshoot
… -cell breathing, di mana coverage dari cell itu tergantung jumlah user yang menggunakan layanan, semakin besar jumlah user, semakin sempit pula coveragenya
-bad event seperti: drop call, Handoff Failure, Block call,
-hardware problem and transmission problem (flicker)
Penyebab ECNo jelek
- RSCP jelek
- pillot pollution, di mana terdapat beberapa node B (active Set) yang menghandle si UE sehingga si UE bingung node mana yang sebenarnya serving
-bad event
-hardware problem and transmission flicker
Parameter 3G
- Receive Signal Code Power (RSCP), merupakan level daya yg diterima oleh MS (-dBm),
- Ec/No,
- BLER,
- CSSR PS,
- CCR PS,
- ISHO,
- SHO.
Pada dasarnya untuk 3G jg mempunyai dua kelompok parameter seperti pada GSM, parameter untuk verifikasi data Node-B (sebutan untuk BTS 3G) dan parameter untuk verifikasi kualitas jaringan. Untuk verifikasi data Node-B, parameternya adalah :
- Cell identity (CI),
- Local Area Code (LAC),
- Scramble Code.
BLER :
Block Error Rate(%)
BLER (BlockErrorRate)merupakan
perbandingan jumlah blok yang salah (error)
dengan jumlah keseluruhan blok yang diterima pada sebuah rangkaian di
gital.
BLER digunakan untuk kebutuhan pengujian kinerja WCDMA
(pengujian demodulasi pada kondisi multipath
Penyebab Bad coverage
adalah terdapatnya area blank spot (coverage holes), Pilot Pollution, Access failure, kehilangan pesan paging, call drop, ataupun karena tidak adanya pilot yang bersifat dominan. Mumpung ingat bila terjadi pilot pollution salah satu caranya adalah dengan downtilt agar layanan sel satu dengan sel lainnya tidak saling tumpang tindih.
Kapasitas WCDMA
WCDMA didesain untuk beroperasi pada frekuensi 1850-1990 MHz, dan tersedia pita dengan lebar 5 MHz, 10 MHz atau 15 MHz bagi
pemegang lisensi. Secara garis besar, spesifikasi
dari sistem WCDMA yaitu, Kanal downlink(1930-
1990 MHz), kanal uplink (1850
-1910MHz), spasi kanal (5, 10, atau 15 MHz ),kecepatan chips (4,096; 8,192; atau 12,288 Mcps).
Call events
Suatu rangkaian peristiwa yang terjadi saatpanggilan berlangsung. Peristiwa-peristiwa tersebut
antara lain:
• Call Attempt :
proses panggilan untuk memintakanal pada node B.
• Call Setup :
proses panggilan mulai dibangunoleh mobile station.
• Call Established :
proses panggilan sudahterjadi
• Blocked Call :
proses panggilan berakhirsecara tidak normal sebelum terjadi CallEstablished, misalnya disebabkan karenasibuknya kanal trafik.
• Dropped Call :
proses panggilan berakhir secara tidak normal setelah kejadian Call Established.
• Call End : proses panggilan berakhir secara normal
DCR (Dropped Call Ratio)
DCR adalah prosentase banyaknya panggilan yang jatuh atau putus setelah kanal pembicaraan
digunakan. DCR
EIRP (Effective Isotropic Radiated Power)
EIRP adalah nilai daya yang dipancarkan antenna directional untuk menghasilkan puncak daya yang
diamati pada arah radiasi maksimum penguatan antena
CSSR (Call Setup Success Ratio)
CSSR merupakan prosentase tingkat keberhasilan panggilan oleh kesediaan kanal suara yang sudah dialokasikan untuk mengetahui kesuksesan panggilan tersebut, maka ditandai dengan
tone saat terkoneksi dengan ponsel lawan bicara
CCSR (Call Completion Success Ratio)
CCSR adalah prosentase dari keberhasilan proses panggilan yang dihitung dari MS si penelepon
melakukan panggilan sampai dengan panggilan tersebut terjawab oleh penerima
Tx power
Daya maksimum yang dipancarkan oleh node B dengan satuan dB.
. Standar minimum nilaiTx power yang dimiliki oleh system WCDMA adalah
–23 dBm (200 mW).
Throughput
Throughput adalah Tingkat laju rata-rata pengiriman data (download dan upload) yang
berhasil melalui saluran komunikasi. Pada 3G/WCDMA terdapat dua throughput data yaitu
Packet Switched (PS) dan HSDPA.
Link budget
Link budget merupakan perhitungan sejumlah daya yang didapat oleh penerima berdasarkan daya
output pemancar dengan mempertimbangkan semua gain dan losses sepanjang jalur transmisi radio dari pemancar ke penerima. Parameter perhitungan link budget, antara lain : frekuensi carier (MHz), daya pancar (dBm), gain antena (dBi), rugi-rugi kabel (dB), rugi-rugi konektor kabel (dB), dan sensitivitas
penerima (dB). Perhitungan link budget disini bertujuan untuk menghitung level RSCP dari jaringan 3G.
High Speed Downlink Packet Access (HSDPA)
Merupakan layanan packet-based data service dalam jaringan W-CDMA downlink
Kecepatan transmisi data sampai 8-10 Mbps
Ada yang menyebut-nyebut bahwa HSDPA merupakan teknologi 3,5G
HSDPA merupakan bagian dari teknologi pada UMTS yang disebut HSPA (High Speed Packet Access)
Pada sisi uplink, digunakan teknologi HSUPA (High Speed Uplink Packet Access)
HSUPA speed: up to 5,5 Mbps
event yang terjadi pada saat IRAT
: compressed mode entered - handover from utran - compressed mode exited - call end - cell reselection - RRC establish.
HO yang terjadi dari cell A ke cell B pada frekuensi yang berbeda. Termasuk ke dalam tipe hard HO adalah Inter Radio Access Technology (IRAT) HO yaitu handover dari sistem WCDMA ke GSM.
Missing Neighbor.
Penyebab:
Tetangga/relasi yang seharusnya ada dari sebuah cell, tidak terdaftar sebagai relasi di neighbor list cell tersebut. Mungkin karena ada site 3G atau site 2nd carrier 3G yang baru On Air. Salah satu akibat dari missing neighbor yang terlihat langsung di sisi drive test adalah dropped call. Kenapa terjadi dropped call? Dalam kondisi mobile untuk bisa handover ke cell tujuan, cell awal harus mengenali cell tujuan. Cara mengenalinya adalah dengan define relation dari cell awal ke cell tujuan tersebut.
missing neighbor 3G (klik gambar untuk memperbesar). Contoh di atas memperlihatkan cell dengan SC 78 tidak mengenali cell dengan SC 111 (terlihat dari tipe set yang masih "DN"). Ketika level RSCP & EcNo di cell SC 78 semakin jelek karena menjauhi site, seharusnya dia mencari neighbor dengan level RSCP/EcNo yang lebih baik lalu handover ke cell tersebut (dalam kasus ini cell SC 111). Tapi itu tidak terjadi karena relasi antara cell SC 78 dengan cell SC 111 belum terdefine. Karena tidak ada pilihan SC lain yang lebih baik, lalu terjadilah dropped call.
Berikut penjelasan tipe set yang ada di sistem 3G:
1. Active Set (Pada TEMS ditulis "AS")
Cell yang termasuk dalam soft/softer handover yang terukur oleh User Equipment.
2. Monitored Set (Pada TEMS ditulis "MN")
Biasanya disebut juga Monitored Neighbor oleh kebanyakan orang.
Cell yang terukur di User Equipment tapi bukan bagian dari AS.
3. Detected Set (Pada TEMS ditulis "DN")
Biasanya disebut juga Detected Neighbor oleh kebanyakan orang.
Detected Set ini yang dikatakan missing neighbor & sering menjadi salah satu penyebab call dropped
Handover pada WCDMA.
Tentang handover yang dikutip dari posting optimeee sebelumnya WCDMA: Missing Neighbor,
Kenapa terjadi dropped call? Dalam kondisi mobile untuk bisa handover ke cell tujuan, cell awal harus mengenali cell tujuan. Cara mengenalinya adalah dengan define relation dari cell awal ke cell tujuan tersebut. Handover (HO) dari cell awal ke cell tujuan yang gagal pada akhirnya bisa menjadi dropped call. Ketika User Equipment (UE) dalam kondisi dedicated dan bergerak dari satu titik ke titik lain maka pada saat level RSCP / EcNo dari cell awal yang melayani UE melemah, seharusnya UE tersebut pindah ke cell lain yang memiliki level RSCP / EcNo yang cukup untuk menjaga koneksi UE tidak terputus. Jadi handover bisa diartikan sebagai perpindahan dedicated UE dari satu cell ke cell lain tanpa mengalami putus dari jaringan.
Contoh User Equipment (UE) SE c702 (pict from google).
Pada teknologi WCDMA teknik yang digunakan adalah soft handover. Kenapa dinamakan soft handover? karena di jaringan WCDMA, UE terkoneksi ke satu / beberapa cell yang lain sebelum meninggalkan cell awal untuk berpindah ke cell lain. Ini dikenal dengan istilah make-before-break. Sebaliknya pada teknik hard handover, UE memutus hubungan terlebih dahulu dengan cell awal untuk berpindah ke cell lain.
Tipe handover di teknologi WCDMA yang umum adalah soft handover, softer handover, & hard handover. Optimeee akan coba ilustrasikan masing-masing tipe tersebut.
Selain tipe-tipe HO yang disebutkan di atas ada juga beberapa tipe HO lain seperti vertical HO, Horizontal HO, & Blind HO. Sebelum HO ada event-event dengan triger khusus atau pengukuran-pengukuran oleh UE yang menyebabkan terjadinya HO. Juga sebagai reminder, HO bisa terjadi jika kedua cell yang akan serah-terima koneksi UE sudah saling mengenal.
1. Soft HO.
soft handover HO yang terjadi dari cell A ke cell B di dalam satu frekuensi. Soft HO diperkenalkan pertama kali pada teknologi CDMA. Konon salah satu keuntungan dari Soft HO adalah HO success rate (HOSR) yang tinggi, mampu menurunkan jumlah call drop, & meminimalisir interference.
2. Softer HO
softer handover HO yang terjadi dari cell A ke cell B di dalam satu note B dan dalam satu frekuensi.
3. Hard HO
hard handover HO yang terjadi dari cell A ke cell B pada frekuensi yang berbeda. Termasuk ke dalam tipe hard HO adalah Inter Radio Access Technology (IRAT) HO yaitu handover dari sistem WCDMA ke GSM.
Perhitungan Kualitas Layanan (QoS)
Kualitas layanan atau Quality of Service (QoS) meliputi CSSR, CCSR, DCR dan BCR dihitung dari
data parameter call eventss, yaitu call setup, call attempt, call establish, drop call dan block call
MSC (Mobile Switching Center)
MSC didesain sebagai switching untuk layanan berbasis circuit switch seperti video, video call.
• VLR (Visitor Location Register)
VLR merupakan database yang berisi informasi sementara mengenai pelanggan terutama mengenai lokasi dari pelanggan pada cakupan area jaringan.
• HLR (Home Location Register)
HLR merupakan database yang berisi data-data pelanggan yang tetap. Data-data tersebut antara lain berisi layanan pelanggan, service tambahan serta informasi mengenai lokasi pelanggan yang paling akhir (Update Location)
• SGSN ( Serving GPRS Support Node)
SGSN merupakan gerbang penghubung jaringan BSS/BTS ke jaringan GPRS. Fungsi SGSN adalah sebagai berikut :
• Mengantarkan packet data ke MS
• Update pelanggan ke HLR
• Registrasi pelanggan baru
• GGSN ( Gateway GPRS Support Node )
GGSN berfungsi sebagai gerbang penghubung dari jaringan GPRS ke jaringan paket data standard (PDN). GGSN berfungsi dalam menyediakan fasilitas internetworking dengan eksternal packet-switch network dan dihubungkan dengan SGSN via Internet Protokol (IP). GGSN akan berperan antarmuka logik bagi PDN, dimana GGSN akan memancarkan dan menerima paket data dari SGSN atau PDN. Selain itu juga terdapat beberapa interface baru, seperti : Uu, Iu, Iub, Iur. Antara UE dan UTRAN terdapat interface Uu. Di dalam UTRAN terdapat interface Iub yang menghubungkan Node B dan RNC, Interface Iur yang menghubungkan antar RNC, sedangkan UTRAN dan CN dihubungkan oleh interface Iu. Protokol pada interface Uu dan Iu dibagi menjadi dua sesuai fungsinya, yaitu bagian control plane dan user plane . Bagian user plane merupakan protocol yang mengimplementasikan layanan Radio Access Bearer (RAB), misalnya membawa data user melalui Access Stratum (AS). Sedangkan control plane berfungsi mengontrol RAB dan koneksi antara mobile user dengan jaringan dari aspek : jenis layanan yang diminta, pengontrolan sumber daya transmisi , handover , mekanisme transfer Non Access Stratum (NAS) seperti Mobility Management (MM), Connection Management (CM), Session Management (SM) ,dan lain-lain.
1. UE (User Equipment)
User Equipment merupakan perangkat yang digunakan oleh pelanggan untuk dapat memperoleh layanan komunikasi bergerak. UE dilengkapi dengan smart card yang dikenal dengan nama USIM (UMTS Subscriber Identity Module) yang berisi nomor identitas pelanggan dan juga algoritma security untuk keamanan seperti authentication algorithm dan algoritma enkripsi. Selain terdapat USIM, UE juga dilengkapi dengan ME (Mobile Equipment) yang berfungsi sebagai terminal radio yang digunakan untuk komunikasi lewat radio.
2. UTRAN (UMTS Terresterial Radio Access Network)
Di dalam UTRAN terdapat beberapa elemen jaringan yang baru dibandingkan dengan teknologi 2G yang ada saat ini, di antaranya adalah node B dan RNC (Radio Network Controller).
• RNC (Radio Network Controller)
RNC bertanggung jawab mengontrol radio resources pada UTRAN yang membawahi beberapa Node B, menghubungkan CN (Core Network) dengan user, dan merupakan tempat berakhirnya protokol RRC (Radio Resource Control) yang mendefinisikan pesan dan prosedur antara mobile user dengan UTRAN.
• Node B
Node B sama dengan Base Station di dalam jaringan GSM. Node B merupakan perangkat pemancar dan penerima yang memberikan pelayanan radio kepada UE. Fungsi utama node B adalah melakukan proses pada layer 1 antara lain : channel coding, interleaving, spreading, de-spreading, modulasi,
demodulasi dan lain-lain. Node B juga melakukan beberapa operasi RRM (Radio Resouce Management), seperti handover dan power control
3. CN (Core Network)
Core Network berfungsi sebagai switching pada jaringan UMTS, memanajeman jaringan serta sebagai interface antara jaringan UMTS dengan jaringan yang lainnya. Komponen Core Network UMTS terdiri dari :
CTCH (Common Traffic Channel)
Saluran lalu lintas untuk mengirimkan lalu lintas ke sekelompok UE.
DTCH (Dedicated Traffic Channel)
Lalu lintas saluran yang didedikasikan untuk satu UE
CTCH (Common Traffic Channel)
Traffic channel for sending traffic to a group of UEs.
DTCH (Dedicated Traffic Channel)
Traffic channel dedicated to one UE
Kanal pada UMTS
1. Kanal Logic : digunakan sebagai interface antara RLC dan layer MAC yang berisi tipe
tipe informasi yang akan di kirimkan.
2. Kanal Transport
: digunakan sebagai interface antara MAC dan layer Physical yang berisikan bagaimana data dikirimkan melalui radio interface WCDMA.
3.Kanal Fisik: sinyal yang di transmisikan melalui kanal radio untuk arah
uplinkdan downlink
RNC (Radio Network Controller)
RNC bertanggung jawab mengontrol radio resources pada UTRAN yang
membawahi beberapa Node
-B, menghubungkan CN (Core Network) dengan user , dan merupakan tempat berakhirnya protokol RRC (Radio Resource Control) yang
mendefinisikan pesan dan prosedur antara mobile user dengan UTRAN.
2.Node-B
Node-B sama dengan Base Station di dalam jaringan GSM. Node B merupakan
-perangkat pemancar dan penerima yang memberika n pelayanan radio kepada UE. Fungsi utama Node-B adalah melakukan proses pada layer 1 antara lain :
channel coding, interleaving, spreading, despreading,
modulasi, demodulasi dan lain
-
lain. Node B juga melakukan beberapa operasi RRM -(Radio Resouce Management)
, seperti handover dan power control
PILOT POLLUTION
Pilot Pollution merupakan kondisi dimana jumlah dari active set yang menangani suatu UE lebih dari 3 dan keseluruhan active set tersebut berada pada range 5dB atau sekitar 3dB dari active set yang terbesar. Active set yang melebihi batasan Max Active Set (3 active set) dapat mengganggu kualitas dari suatu sinyal dan bertindak sebagai penginterferen. Dalam hal ini, penginterferen dapat menurunkan performansi dari suatu sistem.
PILOT SET
Kanal pilot menjadi acuan dalam penentuan hand-off. Pilot diidentifikasi oleh MS dan dikategorikan menjadi:
a. Active Set, adalah pilot yang dikirimkan oleh BS dimana MS tersebut aktif. Banyaknya pilot yang termasuk pada kategori ini tergantung pada banyaknya komponen rake receiver.
b. Candidate Set, terdiri dari pilot yang tidak termasuk dalam active set. Pilot ini harus diterima dengan baik untuk mengidentifikasi bahwa kanal traffik forward link dapat didemodulasi dengan baik.
c. Neighbor Set, terdiri dari pilot yang tidak termasuk pada dua kelompok sebelumnya, dan dipergunakan untuk proses handover.
d. Remaining Set, terdiri dari keseluruhan pilot dalam sistem kecuali yang terdapat pada active set, candidate set, dan neighbor set.
Penyebab:
ada beberapa NodeB yang mengcover 1 area dengan level RCSP yang hampir sama sehingga tidak ada yang menjadi primary pilot (AS). Biasanya daerah yang rentan terhadap pilot pollution adalah sekitar gedung-gedung tinggi, jalan besar, jembatan layang, persimpangan, daerah perairan (sungai, rawa, danau).
Action point untuk mengurangi pilot pollution:
- Antena adjustment.
- Adjust PICH power.
- Add micro cell di dalam gedung :D
Sinyal Pilot
Sinyal pilot adalah sebuah sinyal yang menandakan tiap- tiap sel atau disebut juga CPICH (Common Pilot Indicator Channel). Di suatu sel terdapat banyak CPICH, namun hanya ada satu atau dua pilot yang bersifat dominan. Jika terdapat banyak pilot yang dominan maka terjadi pilot pollution. Namun jika tidak adanya pilot yang bersifat dominan maka terjadi bad coverage karena terdapat daerah blankspot. CPICH diukur oleh node B berdasarkan dua parameter yaitu RSCP dan Ec/No. Nilai RSCP sinyal pilot minimum yang ditentukan oleh operator sebesar -95 dBm sedangkan nilai Ec/No minimum yang ditentukan operator sebesar -12 dB.
CELL RESELECTION
UE akan memilih cell yang cocok dan mode radio akses berdasarkan pengukuran idle mode dan kriteria cell selection. Pada saat UE berada pada mode UMTS atau GSM, UE melakukan pengukuran pada radio akses teknologi yang lain tergantung pada parameter yang diset oleh operator. Parameter tersebut mendefinisikan :
• Nilai threshold pada serving cell jika UE harus melakukan pengukuran pada cell inter radio akses teknologi.
• Kualitas minimum yang dibutuhkan untuk pemilihan sebuah cell pada radio akses teknologi yang lain.
WCDMA CODES
Dalam sistem WCDMA digunakan dua macam operasi pada physical channel : channelization dimana mentransformasikan setiap bit ke dalam jumlah chip SF (Spreading Factor), sedangkan Scrambling Code digunakan untuk menebar sinyal informasi. Pada operasi channelization, kode OVSF (Orthogonal Variabel Spreading Factor) digunakan untuk menjaga keorthogonalan antara physical channel dari sebuah hubungan walaupun dengan menggunakan laju yang berbeda. Pada arah uplink setiap user memiliki Scrambling Code yang unik dan dapat menggunakan semua kode yang terdapat pada code tree OVSF. Scrambling Code sering juga dikaitkan dengan user dan kode channelization dikaitkan dengan tipe dari layanan sesuai dengan bit rate yang diberikan. Sedangkan pada arah downlink, Scrambling Code digunakan untuk membedakan sektor yang berbeda dan kode channelization dikaitkan dengan tipe layanan yang berbeda dan user.
SCRAMBLING CODE
Pada arah uplink terdapat dua macam Scrambling Code yaitu long (gold code) dan short scrambling codes, yang masing-masing berjumlah 224 buah. Scrambling Code ditentukan oleh layer atas. Pada proses scrambling, urutan kode dari user yang telah di-spreading dikalikan dengan kode pseudorandom. Pada arah downlink, jumlah maksimum dari Scrambling Code (Gold code dengan deret sepanjang 38400 chips) adalah 218 – 1, namun tidak semua kode digunakan. Scrambling Code dibagi menjadi 512 set Primary Scrambling Code dan 15 Secondary Scrambling Code, sehingga total kode yang digunakan adalah 8192. Setiap sektor dialokasikan hanya satu primary SC. Sebagai konsekwensinya jumlah maksimum reuse Scrambling Code adalah 1 : 512. Kode dibagi ke dalam 64 group yang berbeda dan jika neighbour dari sektor lain dialokasikan kode dari group kode yang berbeda maka konsumsi power dari UE akan berkurang, sehingga pada kenyataannya reuse kode akan lebih kecil dari 1 : 64. Primary CCPCH selalu dikirimkan menggunakan Primary Scrambling Code sementara physical channel yang lain dapat dikirimkan dengan salah satu primary ataupun secondary SC digabungkan dengan primary SC dari sebuah sektor.
CHANNELIZATION CODE
Spreading Code biasa juga disebut kode kanalisasi pada WCDMA. Sesuai standar 3GPP untuk UMTS digunakan kode Orthogonal Variable Spreading Factor (OVSF). Kode OVSF mengijinkan SF yang berbeda untuk kode kanalisasi yang berbeda. Spreading Factor adalah perbandingan antara bandwidth sinyal setelah dan sebelum spreading.Kode OVSF mempunyai karakteristik unik yaitu adanya orthogonalitas di antara kode, artinya suatu kode tidak akan menginterferensi kode lainnya selama keduanya tersinkronisasi . Oleh karena itu, kode OVSF biasanya digunakan untuk sistem yang transmisinya sinkron (downlink). Spreading Factor mulai dari 1 sampai 256 untuk chip rate 3.840 Mcps. Pada arah downlink jumlah maksimum dari OVSF kode penebar adalah 512. Semua user pada sebuah sektor harus berbagi kode channelization yang tersedia pada code tree OVSF, yang merupakan resource yang sangat terbatas. Batasan dari jumlah kode downlink ditunjukkan dengan layanan bit rate yang tinggi akan dialokasikan SF yang rendah. Sebagaimana utilisasi dari sebuah kode menyebabkan tidak tersedianya sub tree dari SF yang tinggi. Selain itu juga, user pada kondisi soft handover menggunakan kode lebih banyak (satu kode untuk setiap layanan). Terkadang penggunaan dari satu kode channelization per user berdampak terhadap orthogonalitas dari penyediaan layanan yang berbeda pada sebuah sektor. Pada kenyataannya, lingkungan yang berbeda dapat mengganggu orthogonalitas, hal ini yang menyebabkan bahwa sistem lebih tergantung terhadap interferensi yang terjadi. Kode OVSF yang sangat terbatas digunakan kembali pada sel lain tetapi dengan Scrambling Code yang berbeda. Tiap stage dari struktur kode OVSF mempunyai SF yang berbeda. Hal ini tidak dapat menaikkan kapasitas hingga 100% untuk setiap kode yang digunakan karena Scrambling Code memiliki sifat tidak orthogonal.
Pada saat koneksi data, pada gambar tersebut dapat digambarkan sebagai berikut.
1. Pada no 1 terjadi rekonfigurasi penggunaan channel, sesuai dengan besar data transfer yang akan dibutuhkan oleh pengguna, jika tidak terlalu besar dapat menggunakan DCH, namun untuk data yang besar, dapat menggunakan HS-DSCH untuk penggunaan transfer data. penggunaan channel HS_DSCH tergantung dari konfigurasi engineer, ada batasan untuk setiap NodeB, dan jika pada waktu tertentu tidak ada channel HS-DSCH yang idle atau kosong, maka pengguna hanya dapat menggunakan channel DCH, sehingga koneksi data menjadi lambat
2. Pada saat akhir dari download atau transfer data, terjadi interupsi singkat, proses ini biasanya rekonfigurasi ke CELL_PCH atau idle mode
3. Pada saat ini, ada rekonfigurasi lagi ke CELL_DCH, pada saat ini pengguna mulai lagi menggunakan akses internet, atau browsing
4. Terjadi interupsi baru pada saat browsing karena kegiatan pengguna, namun dikonfigurasi lagi agar bisa terkoneksi paket data
5. Browsing dengan trafik yang kecil, hanya menggunakan commn transport channeles untuk mengirimkan data
6. Rekonfigurasi lagi ke CELL_DCH karena peningkatan data yang akan ditransfer, dan jumlah data yang akan didownload
7. pada saat ini, akan kehilangan throughput downlink,tiba - tiba kecepatan internet berubah drastis menurun, hal ini disebabkan oleh perubahan kondisi radio interface, seperti pergerakan pengguna.
8. Pada saat ini, koneksi jaringan dengan pengguna terputus
9. Koneksi dengan pengguna dapat terhubung lagi, untuk melanjutkan koneksi data.
Jadi, pada saat melakukan koneksi data, terjadi perubahan kecepatan data karena perilaku user itu sendiri, sehingga kecepatan atau throuphut data yang diperoleh statis, berubah setiap saat sesuai dengan keadaan. Jadi, perubahan kecepatan akses data dapat berubah karena beberapa faktor yaitu
3G ( WCDAM )
Nilai – Nilai Parameter 2G
1. Nilai Ec/No:
≥ −6 dBm : sangat baik
< −6 dBm dan ≥ −9 dB : baik
< −9 dBm dan ≥ −12 dBm : kurang baik
< −12 dBm dan ≥ −15 dB: buruk
2. Nilai RSCP (Received Signal Code Power):
≥ −70 dBm : sangat baik
< −70 dBm dan ≥ −80 dBm: baik
< −80 dBm dan ≥ −90 dBm: cukup baik
< −90 dBm dan ≥ −100 dBm : buruk
<−100 dBm dan ≥ −110dBm : Sangat buruk
3.Tx Power
–23 dBm (200 mW).
Penyebab RSCP jelek:
poor coverage:
-bisa aja karena jarak MS ke node B terdekat cukup jauh (TA tinggi)
-contour berbukit dan gedung-gedung yang tinggi (shadowing)
-overshoot
… -cell breathing, di mana coverage dari cell itu tergantung jumlah user yang menggunakan layanan, semakin besar jumlah user, semakin sempit pula coveragenya
-bad event seperti: drop call, Handoff Failure, Block call,
-hardware problem and transmission problem (flicker)
Penyebab ECNo jelek
- RSCP jelek
- pillot pollution, di mana terdapat beberapa node B (active Set) yang menghandle si UE sehingga si UE bingung node mana yang sebenarnya serving
-bad event
-hardware problem and transmission flicker
Parameter 3G
- Receive Signal Code Power (RSCP), merupakan level daya yg diterima oleh MS (-dBm),
- Ec/No,
- BLER,
- CSSR PS,
- CCR PS,
- ISHO,
- SHO.
Pada dasarnya untuk 3G jg mempunyai dua kelompok parameter seperti pada GSM, parameter untuk verifikasi data Node-B (sebutan untuk BTS 3G) dan parameter untuk verifikasi kualitas jaringan. Untuk verifikasi data Node-B, parameternya adalah :
- Cell identity (CI),
- Local Area Code (LAC),
- Scramble Code.
BLER :
Block Error Rate(%)
BLER (BlockErrorRate)merupakan
perbandingan jumlah blok yang salah (error)
dengan jumlah keseluruhan blok yang diterima pada sebuah rangkaian di
gital.
BLER digunakan untuk kebutuhan pengujian kinerja WCDMA
(pengujian demodulasi pada kondisi multipath
Penyebab Bad coverage
adalah terdapatnya area blank spot (coverage holes), Pilot Pollution, Access failure, kehilangan pesan paging, call drop, ataupun karena tidak adanya pilot yang bersifat dominan. Mumpung ingat bila terjadi pilot pollution salah satu caranya adalah dengan downtilt agar layanan sel satu dengan sel lainnya tidak saling tumpang tindih.
Kapasitas WCDMA
WCDMA didesain untuk beroperasi pada frekuensi 1850-1990 MHz, dan tersedia pita dengan lebar 5 MHz, 10 MHz atau 15 MHz bagi
pemegang lisensi. Secara garis besar, spesifikasi
dari sistem WCDMA yaitu, Kanal downlink(1930-
1990 MHz), kanal uplink (1850
-1910MHz), spasi kanal (5, 10, atau 15 MHz ),kecepatan chips (4,096; 8,192; atau 12,288 Mcps).
Call events
Suatu rangkaian peristiwa yang terjadi saatpanggilan berlangsung. Peristiwa-peristiwa tersebut
antara lain:
• Call Attempt :
proses panggilan untuk memintakanal pada node B.
• Call Setup :
proses panggilan mulai dibangunoleh mobile station.
• Call Established :
proses panggilan sudahterjadi
• Blocked Call :
proses panggilan berakhirsecara tidak normal sebelum terjadi CallEstablished, misalnya disebabkan karenasibuknya kanal trafik.
• Dropped Call :
proses panggilan berakhir secara tidak normal setelah kejadian Call Established.
• Call End : proses panggilan berakhir secara normal
DCR (Dropped Call Ratio)
DCR adalah prosentase banyaknya panggilan yang jatuh atau putus setelah kanal pembicaraan
digunakan. DCR
EIRP (Effective Isotropic Radiated Power)
EIRP adalah nilai daya yang dipancarkan antenna directional untuk menghasilkan puncak daya yang
diamati pada arah radiasi maksimum penguatan antena
CSSR (Call Setup Success Ratio)
CSSR merupakan prosentase tingkat keberhasilan panggilan oleh kesediaan kanal suara yang sudah dialokasikan untuk mengetahui kesuksesan panggilan tersebut, maka ditandai dengan
tone saat terkoneksi dengan ponsel lawan bicara
CCSR (Call Completion Success Ratio)
CCSR adalah prosentase dari keberhasilan proses panggilan yang dihitung dari MS si penelepon
melakukan panggilan sampai dengan panggilan tersebut terjawab oleh penerima
Tx power
Daya maksimum yang dipancarkan oleh node B dengan satuan dB.
. Standar minimum nilaiTx power yang dimiliki oleh system WCDMA adalah
–23 dBm (200 mW).
Throughput
Throughput adalah Tingkat laju rata-rata pengiriman data (download dan upload) yang
berhasil melalui saluran komunikasi. Pada 3G/WCDMA terdapat dua throughput data yaitu
Packet Switched (PS) dan HSDPA.
Link budget
Link budget merupakan perhitungan sejumlah daya yang didapat oleh penerima berdasarkan daya
output pemancar dengan mempertimbangkan semua gain dan losses sepanjang jalur transmisi radio dari pemancar ke penerima. Parameter perhitungan link budget, antara lain : frekuensi carier (MHz), daya pancar (dBm), gain antena (dBi), rugi-rugi kabel (dB), rugi-rugi konektor kabel (dB), dan sensitivitas
penerima (dB). Perhitungan link budget disini bertujuan untuk menghitung level RSCP dari jaringan 3G.
High Speed Downlink Packet Access (HSDPA)
Merupakan layanan packet-based data service dalam jaringan W-CDMA downlink
Kecepatan transmisi data sampai 8-10 Mbps
Ada yang menyebut-nyebut bahwa HSDPA merupakan teknologi 3,5G
HSDPA merupakan bagian dari teknologi pada UMTS yang disebut HSPA (High Speed Packet Access)
Pada sisi uplink, digunakan teknologi HSUPA (High Speed Uplink Packet Access)
HSUPA speed: up to 5,5 Mbps
event yang terjadi pada saat IRAT
: compressed mode entered - handover from utran - compressed mode exited - call end - cell reselection - RRC establish.
HO yang terjadi dari cell A ke cell B pada frekuensi yang berbeda. Termasuk ke dalam tipe hard HO adalah Inter Radio Access Technology (IRAT) HO yaitu handover dari sistem WCDMA ke GSM.
Missing Neighbor.
Penyebab:
Tetangga/relasi yang seharusnya ada dari sebuah cell, tidak terdaftar sebagai relasi di neighbor list cell tersebut. Mungkin karena ada site 3G atau site 2nd carrier 3G yang baru On Air. Salah satu akibat dari missing neighbor yang terlihat langsung di sisi drive test adalah dropped call. Kenapa terjadi dropped call? Dalam kondisi mobile untuk bisa handover ke cell tujuan, cell awal harus mengenali cell tujuan. Cara mengenalinya adalah dengan define relation dari cell awal ke cell tujuan tersebut.
missing neighbor 3G (klik gambar untuk memperbesar). Contoh di atas memperlihatkan cell dengan SC 78 tidak mengenali cell dengan SC 111 (terlihat dari tipe set yang masih "DN"). Ketika level RSCP & EcNo di cell SC 78 semakin jelek karena menjauhi site, seharusnya dia mencari neighbor dengan level RSCP/EcNo yang lebih baik lalu handover ke cell tersebut (dalam kasus ini cell SC 111). Tapi itu tidak terjadi karena relasi antara cell SC 78 dengan cell SC 111 belum terdefine. Karena tidak ada pilihan SC lain yang lebih baik, lalu terjadilah dropped call.
Berikut penjelasan tipe set yang ada di sistem 3G:
1. Active Set (Pada TEMS ditulis "AS")
Cell yang termasuk dalam soft/softer handover yang terukur oleh User Equipment.
2. Monitored Set (Pada TEMS ditulis "MN")
Biasanya disebut juga Monitored Neighbor oleh kebanyakan orang.
Cell yang terukur di User Equipment tapi bukan bagian dari AS.
3. Detected Set (Pada TEMS ditulis "DN")
Biasanya disebut juga Detected Neighbor oleh kebanyakan orang.
Detected Set ini yang dikatakan missing neighbor & sering menjadi salah satu penyebab call dropped
Handover pada WCDMA.
Tentang handover yang dikutip dari posting optimeee sebelumnya WCDMA: Missing Neighbor,
Kenapa terjadi dropped call? Dalam kondisi mobile untuk bisa handover ke cell tujuan, cell awal harus mengenali cell tujuan. Cara mengenalinya adalah dengan define relation dari cell awal ke cell tujuan tersebut. Handover (HO) dari cell awal ke cell tujuan yang gagal pada akhirnya bisa menjadi dropped call. Ketika User Equipment (UE) dalam kondisi dedicated dan bergerak dari satu titik ke titik lain maka pada saat level RSCP / EcNo dari cell awal yang melayani UE melemah, seharusnya UE tersebut pindah ke cell lain yang memiliki level RSCP / EcNo yang cukup untuk menjaga koneksi UE tidak terputus. Jadi handover bisa diartikan sebagai perpindahan dedicated UE dari satu cell ke cell lain tanpa mengalami putus dari jaringan.
Contoh User Equipment (UE) SE c702 (pict from google).
Pada teknologi WCDMA teknik yang digunakan adalah soft handover. Kenapa dinamakan soft handover? karena di jaringan WCDMA, UE terkoneksi ke satu / beberapa cell yang lain sebelum meninggalkan cell awal untuk berpindah ke cell lain. Ini dikenal dengan istilah make-before-break. Sebaliknya pada teknik hard handover, UE memutus hubungan terlebih dahulu dengan cell awal untuk berpindah ke cell lain.
Tipe handover di teknologi WCDMA yang umum adalah soft handover, softer handover, & hard handover. Optimeee akan coba ilustrasikan masing-masing tipe tersebut.
Selain tipe-tipe HO yang disebutkan di atas ada juga beberapa tipe HO lain seperti vertical HO, Horizontal HO, & Blind HO. Sebelum HO ada event-event dengan triger khusus atau pengukuran-pengukuran oleh UE yang menyebabkan terjadinya HO. Juga sebagai reminder, HO bisa terjadi jika kedua cell yang akan serah-terima koneksi UE sudah saling mengenal.
1. Soft HO.
soft handover HO yang terjadi dari cell A ke cell B di dalam satu frekuensi. Soft HO diperkenalkan pertama kali pada teknologi CDMA. Konon salah satu keuntungan dari Soft HO adalah HO success rate (HOSR) yang tinggi, mampu menurunkan jumlah call drop, & meminimalisir interference.
2. Softer HO
softer handover HO yang terjadi dari cell A ke cell B di dalam satu note B dan dalam satu frekuensi.
3. Hard HO
hard handover HO yang terjadi dari cell A ke cell B pada frekuensi yang berbeda. Termasuk ke dalam tipe hard HO adalah Inter Radio Access Technology (IRAT) HO yaitu handover dari sistem WCDMA ke GSM.
Perhitungan Kualitas Layanan (QoS)
Kualitas layanan atau Quality of Service (QoS) meliputi CSSR, CCSR, DCR dan BCR dihitung dari
data parameter call eventss, yaitu call setup, call attempt, call establish, drop call dan block call
MSC (Mobile Switching Center)
MSC didesain sebagai switching untuk layanan berbasis circuit switch seperti video, video call.
• VLR (Visitor Location Register)
VLR merupakan database yang berisi informasi sementara mengenai pelanggan terutama mengenai lokasi dari pelanggan pada cakupan area jaringan.
• HLR (Home Location Register)
HLR merupakan database yang berisi data-data pelanggan yang tetap. Data-data tersebut antara lain berisi layanan pelanggan, service tambahan serta informasi mengenai lokasi pelanggan yang paling akhir (Update Location)
• SGSN ( Serving GPRS Support Node)
SGSN merupakan gerbang penghubung jaringan BSS/BTS ke jaringan GPRS. Fungsi SGSN adalah sebagai berikut :
• Mengantarkan packet data ke MS
• Update pelanggan ke HLR
• Registrasi pelanggan baru
• GGSN ( Gateway GPRS Support Node )
GGSN berfungsi sebagai gerbang penghubung dari jaringan GPRS ke jaringan paket data standard (PDN). GGSN berfungsi dalam menyediakan fasilitas internetworking dengan eksternal packet-switch network dan dihubungkan dengan SGSN via Internet Protokol (IP). GGSN akan berperan antarmuka logik bagi PDN, dimana GGSN akan memancarkan dan menerima paket data dari SGSN atau PDN. Selain itu juga terdapat beberapa interface baru, seperti : Uu, Iu, Iub, Iur. Antara UE dan UTRAN terdapat interface Uu. Di dalam UTRAN terdapat interface Iub yang menghubungkan Node B dan RNC, Interface Iur yang menghubungkan antar RNC, sedangkan UTRAN dan CN dihubungkan oleh interface Iu. Protokol pada interface Uu dan Iu dibagi menjadi dua sesuai fungsinya, yaitu bagian control plane dan user plane . Bagian user plane merupakan protocol yang mengimplementasikan layanan Radio Access Bearer (RAB), misalnya membawa data user melalui Access Stratum (AS). Sedangkan control plane berfungsi mengontrol RAB dan koneksi antara mobile user dengan jaringan dari aspek : jenis layanan yang diminta, pengontrolan sumber daya transmisi , handover , mekanisme transfer Non Access Stratum (NAS) seperti Mobility Management (MM), Connection Management (CM), Session Management (SM) ,dan lain-lain.
1. UE (User Equipment)
User Equipment merupakan perangkat yang digunakan oleh pelanggan untuk dapat memperoleh layanan komunikasi bergerak. UE dilengkapi dengan smart card yang dikenal dengan nama USIM (UMTS Subscriber Identity Module) yang berisi nomor identitas pelanggan dan juga algoritma security untuk keamanan seperti authentication algorithm dan algoritma enkripsi. Selain terdapat USIM, UE juga dilengkapi dengan ME (Mobile Equipment) yang berfungsi sebagai terminal radio yang digunakan untuk komunikasi lewat radio.
2. UTRAN (UMTS Terresterial Radio Access Network)
Di dalam UTRAN terdapat beberapa elemen jaringan yang baru dibandingkan dengan teknologi 2G yang ada saat ini, di antaranya adalah node B dan RNC (Radio Network Controller).
• RNC (Radio Network Controller)
RNC bertanggung jawab mengontrol radio resources pada UTRAN yang membawahi beberapa Node B, menghubungkan CN (Core Network) dengan user, dan merupakan tempat berakhirnya protokol RRC (Radio Resource Control) yang mendefinisikan pesan dan prosedur antara mobile user dengan UTRAN.
• Node B
Node B sama dengan Base Station di dalam jaringan GSM. Node B merupakan perangkat pemancar dan penerima yang memberikan pelayanan radio kepada UE. Fungsi utama node B adalah melakukan proses pada layer 1 antara lain : channel coding, interleaving, spreading, de-spreading, modulasi,
demodulasi dan lain-lain. Node B juga melakukan beberapa operasi RRM (Radio Resouce Management), seperti handover dan power control
3. CN (Core Network)
Core Network berfungsi sebagai switching pada jaringan UMTS, memanajeman jaringan serta sebagai interface antara jaringan UMTS dengan jaringan yang lainnya. Komponen Core Network UMTS terdiri dari :
CTCH (Common Traffic Channel)
Saluran lalu lintas untuk mengirimkan lalu lintas ke sekelompok UE.
DTCH (Dedicated Traffic Channel)
Lalu lintas saluran yang didedikasikan untuk satu UE
CTCH (Common Traffic Channel)
Traffic channel for sending traffic to a group of UEs.
DTCH (Dedicated Traffic Channel)
Traffic channel dedicated to one UE
Kanal pada UMTS
1. Kanal Logic : digunakan sebagai interface antara RLC dan layer MAC yang berisi tipe
tipe informasi yang akan di kirimkan.
2. Kanal Transport
: digunakan sebagai interface antara MAC dan layer Physical yang berisikan bagaimana data dikirimkan melalui radio interface WCDMA.
3.Kanal Fisik: sinyal yang di transmisikan melalui kanal radio untuk arah
uplinkdan downlink
RNC (Radio Network Controller)
RNC bertanggung jawab mengontrol radio resources pada UTRAN yang
membawahi beberapa Node
-B, menghubungkan CN (Core Network) dengan user , dan merupakan tempat berakhirnya protokol RRC (Radio Resource Control) yang
mendefinisikan pesan dan prosedur antara mobile user dengan UTRAN.
2.Node-B
Node-B sama dengan Base Station di dalam jaringan GSM. Node B merupakan
-perangkat pemancar dan penerima yang memberika n pelayanan radio kepada UE. Fungsi utama Node-B adalah melakukan proses pada layer 1 antara lain :
channel coding, interleaving, spreading, despreading,
modulasi, demodulasi dan lain
-
lain. Node B juga melakukan beberapa operasi RRM -(Radio Resouce Management)
, seperti handover dan power control
PILOT POLLUTION
Pilot Pollution merupakan kondisi dimana jumlah dari active set yang menangani suatu UE lebih dari 3 dan keseluruhan active set tersebut berada pada range 5dB atau sekitar 3dB dari active set yang terbesar. Active set yang melebihi batasan Max Active Set (3 active set) dapat mengganggu kualitas dari suatu sinyal dan bertindak sebagai penginterferen. Dalam hal ini, penginterferen dapat menurunkan performansi dari suatu sistem.
PILOT SET
Kanal pilot menjadi acuan dalam penentuan hand-off. Pilot diidentifikasi oleh MS dan dikategorikan menjadi:
a. Active Set, adalah pilot yang dikirimkan oleh BS dimana MS tersebut aktif. Banyaknya pilot yang termasuk pada kategori ini tergantung pada banyaknya komponen rake receiver.
b. Candidate Set, terdiri dari pilot yang tidak termasuk dalam active set. Pilot ini harus diterima dengan baik untuk mengidentifikasi bahwa kanal traffik forward link dapat didemodulasi dengan baik.
c. Neighbor Set, terdiri dari pilot yang tidak termasuk pada dua kelompok sebelumnya, dan dipergunakan untuk proses handover.
d. Remaining Set, terdiri dari keseluruhan pilot dalam sistem kecuali yang terdapat pada active set, candidate set, dan neighbor set.
Penyebab:
ada beberapa NodeB yang mengcover 1 area dengan level RCSP yang hampir sama sehingga tidak ada yang menjadi primary pilot (AS). Biasanya daerah yang rentan terhadap pilot pollution adalah sekitar gedung-gedung tinggi, jalan besar, jembatan layang, persimpangan, daerah perairan (sungai, rawa, danau).
Action point untuk mengurangi pilot pollution:
- Antena adjustment.
- Adjust PICH power.
- Add micro cell di dalam gedung :D
Sinyal Pilot
Sinyal pilot adalah sebuah sinyal yang menandakan tiap- tiap sel atau disebut juga CPICH (Common Pilot Indicator Channel). Di suatu sel terdapat banyak CPICH, namun hanya ada satu atau dua pilot yang bersifat dominan. Jika terdapat banyak pilot yang dominan maka terjadi pilot pollution. Namun jika tidak adanya pilot yang bersifat dominan maka terjadi bad coverage karena terdapat daerah blankspot. CPICH diukur oleh node B berdasarkan dua parameter yaitu RSCP dan Ec/No. Nilai RSCP sinyal pilot minimum yang ditentukan oleh operator sebesar -95 dBm sedangkan nilai Ec/No minimum yang ditentukan operator sebesar -12 dB.
CELL RESELECTION
UE akan memilih cell yang cocok dan mode radio akses berdasarkan pengukuran idle mode dan kriteria cell selection. Pada saat UE berada pada mode UMTS atau GSM, UE melakukan pengukuran pada radio akses teknologi yang lain tergantung pada parameter yang diset oleh operator. Parameter tersebut mendefinisikan :
• Nilai threshold pada serving cell jika UE harus melakukan pengukuran pada cell inter radio akses teknologi.
• Kualitas minimum yang dibutuhkan untuk pemilihan sebuah cell pada radio akses teknologi yang lain.
WCDMA CODES
Dalam sistem WCDMA digunakan dua macam operasi pada physical channel : channelization dimana mentransformasikan setiap bit ke dalam jumlah chip SF (Spreading Factor), sedangkan Scrambling Code digunakan untuk menebar sinyal informasi. Pada operasi channelization, kode OVSF (Orthogonal Variabel Spreading Factor) digunakan untuk menjaga keorthogonalan antara physical channel dari sebuah hubungan walaupun dengan menggunakan laju yang berbeda. Pada arah uplink setiap user memiliki Scrambling Code yang unik dan dapat menggunakan semua kode yang terdapat pada code tree OVSF. Scrambling Code sering juga dikaitkan dengan user dan kode channelization dikaitkan dengan tipe dari layanan sesuai dengan bit rate yang diberikan. Sedangkan pada arah downlink, Scrambling Code digunakan untuk membedakan sektor yang berbeda dan kode channelization dikaitkan dengan tipe layanan yang berbeda dan user.
SCRAMBLING CODE
Pada arah uplink terdapat dua macam Scrambling Code yaitu long (gold code) dan short scrambling codes, yang masing-masing berjumlah 224 buah. Scrambling Code ditentukan oleh layer atas. Pada proses scrambling, urutan kode dari user yang telah di-spreading dikalikan dengan kode pseudorandom. Pada arah downlink, jumlah maksimum dari Scrambling Code (Gold code dengan deret sepanjang 38400 chips) adalah 218 – 1, namun tidak semua kode digunakan. Scrambling Code dibagi menjadi 512 set Primary Scrambling Code dan 15 Secondary Scrambling Code, sehingga total kode yang digunakan adalah 8192. Setiap sektor dialokasikan hanya satu primary SC. Sebagai konsekwensinya jumlah maksimum reuse Scrambling Code adalah 1 : 512. Kode dibagi ke dalam 64 group yang berbeda dan jika neighbour dari sektor lain dialokasikan kode dari group kode yang berbeda maka konsumsi power dari UE akan berkurang, sehingga pada kenyataannya reuse kode akan lebih kecil dari 1 : 64. Primary CCPCH selalu dikirimkan menggunakan Primary Scrambling Code sementara physical channel yang lain dapat dikirimkan dengan salah satu primary ataupun secondary SC digabungkan dengan primary SC dari sebuah sektor.
CHANNELIZATION CODE
Spreading Code biasa juga disebut kode kanalisasi pada WCDMA. Sesuai standar 3GPP untuk UMTS digunakan kode Orthogonal Variable Spreading Factor (OVSF). Kode OVSF mengijinkan SF yang berbeda untuk kode kanalisasi yang berbeda. Spreading Factor adalah perbandingan antara bandwidth sinyal setelah dan sebelum spreading.Kode OVSF mempunyai karakteristik unik yaitu adanya orthogonalitas di antara kode, artinya suatu kode tidak akan menginterferensi kode lainnya selama keduanya tersinkronisasi . Oleh karena itu, kode OVSF biasanya digunakan untuk sistem yang transmisinya sinkron (downlink). Spreading Factor mulai dari 1 sampai 256 untuk chip rate 3.840 Mcps. Pada arah downlink jumlah maksimum dari OVSF kode penebar adalah 512. Semua user pada sebuah sektor harus berbagi kode channelization yang tersedia pada code tree OVSF, yang merupakan resource yang sangat terbatas. Batasan dari jumlah kode downlink ditunjukkan dengan layanan bit rate yang tinggi akan dialokasikan SF yang rendah. Sebagaimana utilisasi dari sebuah kode menyebabkan tidak tersedianya sub tree dari SF yang tinggi. Selain itu juga, user pada kondisi soft handover menggunakan kode lebih banyak (satu kode untuk setiap layanan). Terkadang penggunaan dari satu kode channelization per user berdampak terhadap orthogonalitas dari penyediaan layanan yang berbeda pada sebuah sektor. Pada kenyataannya, lingkungan yang berbeda dapat mengganggu orthogonalitas, hal ini yang menyebabkan bahwa sistem lebih tergantung terhadap interferensi yang terjadi. Kode OVSF yang sangat terbatas digunakan kembali pada sel lain tetapi dengan Scrambling Code yang berbeda. Tiap stage dari struktur kode OVSF mempunyai SF yang berbeda. Hal ini tidak dapat menaikkan kapasitas hingga 100% untuk setiap kode yang digunakan karena Scrambling Code memiliki sifat tidak orthogonal.
Pada saat koneksi data, pada gambar tersebut dapat digambarkan sebagai berikut.
1. Pada no 1 terjadi rekonfigurasi penggunaan channel, sesuai dengan besar data transfer yang akan dibutuhkan oleh pengguna, jika tidak terlalu besar dapat menggunakan DCH, namun untuk data yang besar, dapat menggunakan HS-DSCH untuk penggunaan transfer data. penggunaan channel HS_DSCH tergantung dari konfigurasi engineer, ada batasan untuk setiap NodeB, dan jika pada waktu tertentu tidak ada channel HS-DSCH yang idle atau kosong, maka pengguna hanya dapat menggunakan channel DCH, sehingga koneksi data menjadi lambat
2. Pada saat akhir dari download atau transfer data, terjadi interupsi singkat, proses ini biasanya rekonfigurasi ke CELL_PCH atau idle mode
3. Pada saat ini, ada rekonfigurasi lagi ke CELL_DCH, pada saat ini pengguna mulai lagi menggunakan akses internet, atau browsing
4. Terjadi interupsi baru pada saat browsing karena kegiatan pengguna, namun dikonfigurasi lagi agar bisa terkoneksi paket data
5. Browsing dengan trafik yang kecil, hanya menggunakan commn transport channeles untuk mengirimkan data
6. Rekonfigurasi lagi ke CELL_DCH karena peningkatan data yang akan ditransfer, dan jumlah data yang akan didownload
7. pada saat ini, akan kehilangan throughput downlink,tiba - tiba kecepatan internet berubah drastis menurun, hal ini disebabkan oleh perubahan kondisi radio interface, seperti pergerakan pengguna.
8. Pada saat ini, koneksi jaringan dengan pengguna terputus
9. Koneksi dengan pengguna dapat terhubung lagi, untuk melanjutkan koneksi data.
Jadi, pada saat melakukan koneksi data, terjadi perubahan kecepatan data karena perilaku user itu sendiri, sehingga kecepatan atau throuphut data yang diperoleh statis, berubah setiap saat sesuai dengan keadaan. Jadi, perubahan kecepatan akses data dapat berubah karena beberapa faktor yaitu
No comments:
Post a Comment